Kamis, 23 April 2009
Hanya Sementara
Selasa, 21 April 2009
Hidup Maung Bandung!!!!!
Dalam laga yang berlangsung Selasa (21/4/2009) malam WIB, Persib langsung menekan sejak peluit babak pertama dimulai. Mereka langsung menciptakan beberapa peluang, namun belum ada satu gol pun yang dihasilkan.
'Maung Bandung' baru berhasil menjebol jala Persita pada menit ke-19. Gol tersebut tercipta setelah bola yang dihalau Sunar Sulaiman malah jatuh ke kaki Hilton Moreira. Nama terakhir langsung melepaskan tendangan voli dan bobollah gawang 'Pendekar Cisadane'.
Namun Persita berhasil menyamakan kedudukan
Namun satu menit jelang turun munum, Persib kembali sukses menjebol jala Persita. Bola hasil crossing Hilton dengan cepat diterima oleh Cristian Gonzales. El Loco lalu memberikan bola kepada Eka Ramdani yang berdiri bebas dan gelandang timnas
Hilton kembali membobol gawang Persita di awal babak kedua. Berawal dari sebuah kemelut di depan gawang Persita, bola yang sempat dua kali membentur tiang gawang diakhiri dengan sundulan Hilton yang tidak mampu ditepis Wawan Hendrawan. Kedudukan pun berubah 3-1.
Persib akhirnya mencetak gol terakhirnya pada menit 57 melalui Cristian Gonzales. Gol ini tercipta setelah dirinya memanfaatkan umpan yang dilepaskan oleh Eka Ramdani.
Persita akhirnya hanya mampu mengecilkan kedudukan menjadi 2-4 pada menit 59. Adalah Adolfo Souza yang mencetak gol tersebut setelah memanfaatkan umpan dari Julius Hontong. Hingga akhir laga tak ada lagi gol tercipta.
Dengan hasil ini Persib naik ke posisi tiga klasemen sementara, menggeser Persija Jakarta, dengan koleksi nilai 45. Sementara Persita masih tetap berada di posisi 13 dengan torehan nilai 24. ( Detik sport )
Jumat, 17 April 2009
Bila Rasaku ini Rasamu
Sepi, hari ini dia datang mengusikku
hampa, hari ini dia datang mengunjungiku
ingin kututup pintu, dan tak kuijinkan mereka masuk dalam hatiku
tapi tak kuasa aku menolaknya
Hingga kini sedih akhirnya tinggal didalamku
tanpa kuundang, dia hadir malam ini
oh, pergilah jauh……………..kutak ingin menangis malam ini………
Aku ingin tertawa, tapi aku tak bisa
aku ingin tersenyum tapi aku tak mampu
mengapa air mata yang mengalir di pipiku
Duh Gusti, ada apa dengan diriku
kenapa malam ini aku begitu rapuh
kenapa air mata ini harus mengalir
Gusti, kuatkan aku
aku tak ingin kesedihan masih bertahan dalam diriku
aku ingin, sblm matahari terbit aku telah bisa tersenyum dan tertawa lagi…………… :(
Jumat, 03 April 2009
Selamat tinggal teman.. Selamat datang sahabat
Sometimes in life,
you find a special friend;
Someone who changes your life
just by being part of it.
Someone who makes you laugh
until you can't stop;
Someone who makes you believe
that there really is good in the world.
Someone who convinces you
that there really is an unlocked door
just waiting for you to open it.
This is Forever Friendship.
When you're down,
and the world seems dark and empty,
Your forever friend lifts you up in spirit
and makes that dark and empty world
suddenly seem bright and full.
Your forever friend gets you through
the hard times, the sad times,
and the confused times.
If you turn and walk away,
your forever friend follows.
If you lose your way,
your forever friend guides you
and cheers you on.
Your forever friend holds your hand
and tells you that
everything is going to be okay.
And if you find such a friend,
you feel happy and complete,
because you need not worry.
You have a forever friend for life,
and forever has no end.
unknown authority
Rabu, 01 April 2009
DOA Kang Suto
Pernah saya tinggal di Perumnas Klender. Rumah itu dekat mesjid yang sibuk. Siang malam orang pada ngaji. Saya tak selalu bisa ikut. Saya sibuk ngaji yang lain.
Lingkungan sesak itu saya amati. Tak cuma di mesjid. Di rumah-rumah pun setiap habis maghrib saya temui kelompok orang belajar membaca Al Quran. Anak-anak, ibu-ibu dan bapak-bapak, di tiap gang giat mengaji. Ustad pun diundang.
Di jalan Malaka bahkan ada kelompok serius bicara sufisme.Mereka cabang sebuah tarekat yang inti ajarannya berserah pada Tuhan. Mereka banyak zikir. Solidaritas mereka kuat.Semangat agamis, pendeknya, menyebar di mana-mana.
Dua puluh tahun lebih di Jakarta, tak saya temukan corak hidup macam itu sebelumnya. Saya bertanya: gejala apa ini?Saya tidak heran Rendra dibayar dua belas juta untuk membaca sajak di Senayan. Tapi, melihat Ustad Zainuddin tiba-tiba jadi superstar pengajian (ceramahnya melibatkan panitia,stadion, puluhan ribu jemaah dan honor besar), sekali lagi
saya dibuat bertanya: jawaban sosiologis apa yang harus diberikan buat menjelaskan gairah Islam, termasuk di kampus-kampus sekular kita? Benarkah ini wujud santrinisasi?
Di Klender yang banyak mesjid itu saya mencoba menghayati keadaan. Sering ustad menasihati, "Hiasi dengan bacaan Quran, biar rumahmu teduh."
Para "Unyil" ke mesjid, berpici dan ngaji. Pendeknya, orang seperti kemarok terhadap agama.
Dalam suasana ketika tiap orang yakin tentang Tuhan, muncul Kang Suto, sopir bajaj, dengan jiwa gelisah. Sudah lama ia ingin salat. Tapi salat ada bacaan dan doanya. Dan dia tidak tahu. Dia pun menemui pak ustad untuk minta bimbingan,setapak demi setapak.
Ustad Betawi itu memuji Kang Suto sebagai teladan. Karena,biarpun sudah tua, ia masih bersemangat belajar. Katanya,"Menuntut ilmu wajib hukumnya, karena amal tanpa ilmu tak diterima. Repotnya, malaikat yang mencatat amal kita cuma tahu bahasa Arab. Jadi wajib kita paham Quran agar amal kita tak sia-sia."
Setelah pendahuluan yang bertele-tele, ngaji pun dimulai.Alip, ba, ta, dan seterusnya. Tapi di tingkat awal ini Kang Suto sudah keringat dingin. Digebuk pun tak bakal ia bisa menirukan pak ustad. Di Sruweng, kampungnya, 'ain itu tidak ada. Adanya cuma ngain. Pokoknya, kurang lebih, ngain.
"Ain, Pak Suto," kata Ustad Bentong bin H. Sabit.
"Ngain," kata Kang Suto.
"Ya kaga bisa nyang begini mah," pikir ustad.
Itulah hari pertama dan terakhir pertemuan mereka yang runyem itu.Tapi Kang Suto tak putus asa.Dia cari guru ngaji lain.Nah,ketemu anak PGA.Langsung Kang Suto diajarinya baca Al-Fatihah.
"Al-kham-du ...," tuntun guru barunya.
"Al-kam-ndu ...," Kang Suto menirukan. Gurunya bilang,"Salah."
"Alkhamdulillah ...," panjang sekalian, pikir gurunya itu.
"Lha kam ndu lilah ...," Guru itu menarik napas. Dia merasa wajib meluruskan. Dia bilang, bahasa Arab tidak sembarangan.Salah bunyi lain arti. Bisa-bisa kita dosa karena mengubah arti Quran.
Kang Suto takut. "Mau belajar malah cari dosa," gerutunya.
Ia tahu, saya tak paham soal kitab. Tapi ia datang ke rumah,minta pandangan keagamaan saya.
"Begini Kang," akhirnya saya menjawab. "Kalau ada ustad yang bisa menerima ngain, teruskan ngaji. Kalau tidak, apa boleh buat. Salat saja sebisanya. Soal diterima tidaknya, urusan
Tuhan. Lagi pula bukan bunyi yang penting. Kalau Tuhan mengutamakan ain, menolak ngain, orang Sruweng masuk neraka semua, dan surga isinya cuma Arab melulu."
Kang Suto mengangguk-angguk.
Saya ceritakan kisah ketika Nabi Musa marah pada orang yang tak fasih berdoa. Beliau langsung ditegur Tuhan."Biarkan, Musa. Yang penting ketulusan hati, bukan kefasihan lidahnya."
"Sira guru nyong," (kau guruku) katanya, gembira.
Sering kami lalu bicara agama dengan sudut pandang Jawa.Kami menggunakan sikap semeleh, berserah, pada Dia yang Mahawelas dan Asih. Dan saya pun tak berkeberatan ia zikir,"Arokmanirokim," (Yang Pemurah, Pengasih).
Suatu malam, ketika Klender sudah lelap dalam tidurnya, kami salat di teras mesjid yang sudah tutup, gelap dan sunyi. Ia membisikkan kegelisahannya pada Tuhan.
"Ya Tuhan, adakah gunanya doa hamba yang tak fasih ini.Salahkah hamba, duh Gusti, yang hati-Nya luas tanpa batas..."
Air matanya lalu bercucuran. Tiba-tiba dalam penglihatannya,mesjid gelap itu seperti mandi cahaya. Terang-benderang. Dan kang Suto tak mau pulang. Ia sujud, sampai pagi ...
----------------------------------------------------